Jejak Pencerahan di Serambi Mekkah: Perkembangan Ranting, Cabang, dan Amal Usaha Muhammadiyah di Kabupaten Bireuen


Sebagai salah satu organisasi Islam modernis terkemuka di Indonesia, Muhammadiyah memiliki rekam jejak historis yang signifikan dalam memajukan bangsa melalui kiprahnya di sektor pendidikan, sosial, dan kesehatan. Di Provinsi Aceh, yang berjuluk "Serambi Mekkah," kehadiran Muhammadiyah menciptakan sebuah dinamika unik dalam tatanan keislaman yang sarat akan tradisi. Kabupaten Bireuen, sebagai wilayah strategis dan kaya akan sejarah di Aceh, menjadi representasi konkret bagaimana spirit pencerahan Muhammadiyah dapat tumbuh, berkembang, dan menyumbangkan kontribusi nyata bagi kemajuan daerah. Evolusi organisasi dari tingkat Ranting, Cabang, Daerah, hingga Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di Bireuen merefleksikan adanya interaksi antara gagasan Islam modern dengan kearifan lokal.

Awal mula kehadiran Muhammadiyah di Bireuen terkait erat dengan jejaring para ulama dan saudagar yang membawa ide-ide pembaruan dari berbagai pusat intelektual di Nusantara pada permulaan abad ke-20. Gagasan pemurnian ajaran dan modernisasi yang diusung pada awalnya berhadapan dengan resistensi dari masyarakat yang sudah terbiasa dengan praktik keagamaan konvensional. Akan tetapi, berkat pendekatan persuasif serta fokus pada penawaran solusi atas problematika umat, Muhammadiyah lambat laun mendapatkan penerimaan. Pendirian Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) di jantung kota Bireuen menjadi titik tolak penyebaran gerakan ini ke berbagai kecamatan, yang pada gilirannya melahirkan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) di level desa.

Efektivitas gerakan Muhammadiyah sangat ditentukan oleh struktur organisasi yang terkoordinasi, mulai dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bireuen hingga ke level ranting. PDM Bireuen memegang peran sebagai fasilitator utama yang menyusun cetak biru dakwah dan ekspansi AUM di seluruh wilayah kabupaten. Di bawahnya, PCM di kecamatan-kecamatan kunci seperti Jeumpa, Kota Juang, dan Peusangan berfungsi sebagai motor penggerak lokal. Aktivitas mereka tidak terbatas pada penyelenggaraan kajian rutin, melainkan juga proaktif dalam memetakan kebutuhan komunitas untuk dijawab dengan program-program konkret. Keberhasilan perluasan ini sangat ditopang oleh militansi dan komitmen para kader lokal dalam menyebarluaskan semangat "Islam Berkemajuan."

Manifestasi paling jelas dari kemajuan Muhammadiyah di Bireuen terlihat pada Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Dalam bidang pendidikan, persyarikatan telah berhasil mendirikan jaringan lembaga yang kokoh, dari Taman Kanak-Kanak (TK Aisyiyah Bustanul Athfal), Sekolah Dasar (SD), hingga jenjang Pendidikan Tinggi. Mahakarya kontribusi di sektor ini adalah pendirian Universitas Muhammadiyah Mahakarya Aceh. Institusi ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan tinggi yang mencetak para profesional, khususnya di bidang kesehatan, untuk Bireuen dan sekitarnya, tetapi juga berdiri sebagai lambang kemajuan dan visi jauh ke depan Muhammadiyah dalam menciptakan sumber daya manusia yang kompeten dan berintegritas.

Di ranah kesehatan, Muhammadiyah Bireuen juga menunjukkan perannya melalui pendirian klinik-klinik pratama yang memberikan pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat. Amal usaha ini merupakan implementasi dari teologi Al-Ma'un yang menjadi jiwa gerakan, yakni keberpihakan kepada kaum lemah dan pemenuhan hajat hidup orang banyak. Eksistensi fasilitas kesehatan ini memberikan manfaat besar, khususnya sebagai pilihan layanan yang berkualitas dengan biaya terjangkau.

Di samping itu, kiprah sosial-keagamaan diimplementasikan melalui lembaga seperti LazisMu, yang secara aktif menghimpun dan menyalurkan dana filantropi dari umat untuk program pemberdayaan ekonomi, santunan sosial, dan mitigasi bencana. Organisasi otonom seperti 'Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) juga berkembang pesat sebagai sarana kaderisasi dan pengembangan diri bagi anggotanya. Salah satu bukti konkret dari vitalitas ini adalah kesuksesan menjadi tuan rumah Pendidikan Dasar (DIKSAR) Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) tingkat nasional pada 10-12 Oktober 2025, yang menegaskan posisi strategis dan kapabilitas kader Pemuda Muhammadiyah Bireuen.

Walaupun telah meraih berbagai pencapaian, laju perkembangan Muhammadiyah di Bireuen tetap dihadapkan pada sejumlah tantangan. Isu-isu seperti dinamika internal organisasi, peningkatan kebutuhan finansial untuk AUM, serta keharusan untuk beradaptasi dengan era digital merupakan beberapa agenda yang perlu dijawab. Kendati demikian, berbekal struktur organisasi yang solid, semangat tulus para kadernya, serta orientasi pada pelayanan umat, prospek Muhammadiyah di Bireuen terlihat sangat menjanjikan.

Pada akhirnya, perjalanan Muhammadiyah di Kabupaten Bireuen merupakan sebuah narasi keberhasilan tentang bagaimana sebuah gerakan pembaruan Islam mampu mengakar dan mekar di lingkungan yang sangat religius. Dengan bertumpu pada pilar pendidikan, kesehatan, dan sosial, Muhammadiyah telah bertransformasi dari sekadar organisasi dakwah menjadi mitra strategis bagi pemerintah dan warga dalam upaya membangun peradaban. Warisan pencerahan yang ditinggalkan melalui setiap ranting, cabang, dan amal usahanya akan senantiasa menjadi elemen vital dalam dinamika kemajuan Kabupaten Bireuen. 

Bireuen, Oktober 2023 

Oleh : Benny Martin

0 Comments