🩺 Analisis Kasus Keperawatan Maternitas: Membedakan Fisiologis dan Patologis




Dalam praktik keperawatan maternitas, seorang perawat dihadapkan pada beragam skenario klinis. Kemampuan untuk melakukan pengkajian yang akurat dan menentukan prioritas diagnosis sangatlah krusial. Dua kasus berikut, yang sering ditemui dalam Ujian Tengah Semester (UTS) D3 Keperawatan, memberikan gambaran jelas mengenai perbedaan penanganan antara kehamilan fisiologis (normal) dan kondisi patologis (penyulit).

Artikel ini akan mengulas dua studi kasus: Ibu Ani dengan kehamilan trimester kedua yang normal, dan Ibu H. dengan keluhan mual muntah berlebih di trimester pertama.


Kasus 1: Peran Edukator pada Kehamilan Fisiologis

Kasus pertama menyoroti peran perawat sebagai edukator dan pemberi penguatan (reassurance) pada kehamilan yang berjalan normal.

Soal Kasus 1:

"Ibu Ani berusia 26 tahun, datang ke puskesmas ingin memeriksa kehamilan. Ibu merasakan gerakan janin untuk pertama kali. Hasil pemeriksaan KU Composmentis, TD 110/70 mmHg, N 86x/m, R: 20x/m, S: 36°C. TFU 3 jari di bawah pusat.

  • Apakah Dx ibu tsb?

  • Buatkan/susun Askep u/ ibu tsb."

Analisis dan Rencana Asuhan Keperawatan :

1. Analisis Diagnosis (Dx)

  • Diagnosis Medis: Kehamilan Fisiologis Trimester Kedua.

  • Analisis Data:

    • Data TFU (Tinggi Fundus Uteri) 3 jari di bawah pusat dan quickening (gerakan janin pertama kali dirasakan) sangat konsisten untuk usia gestasi 16-20 minggu.

    • Status TTV (TD 110/70, N 86, R 20, S 36°C) dalam batas normal, yang menegaskan kondisi ibu fisiologis (normal) dan tidak ada tanda patologi.

2. Asuhan Keperawatan (Askep)

  • Diagnosis Keperawatan (Dx. Kep):

    Kesiapan Peningkatan Pengetahuan (SDKI: D.0112) berhubungan dengan (b.d) pengalaman pertama kehamilan trimester kedua.

    • Rasional: Ibu dalam kondisi sehat, proaktif memeriksakan diri, dan sedang mengalami fase baru (quickening). Ini adalah teachable moment (waktu ideal untuk edukasi).

  • Perencanaan / Intervensi (SIKI: I.12383 - Edukasi Kesehatan):

    Fokus intervensi adalah memberikan edukasi dan penguatan (reassurance).

    1. Terapeutik: Validasi perasaan ibu terhadap gerakan janin. Berikan reassurance bahwa quickening adalah tanda yang sangat baik dan normal.

    2. Edukasi (Poin Kunci):

      • Informasikan tentang perubahan fisiologis normal pada trimester kedua.

      • Berikan edukasi tentang nutrisi penting untuk pertumbuhan janin (misal: protein, zat besi).

      • Jelaskan tanda-tanda bahaya kehamilan yang harus segera dilaporkan (misal: perdarahan, nyeri perut hebat, bengkak signifikan).

      • Kuatkan pentingnya kunjungan ANC (Antenatal Care) yang teratur.

    3. Evaluasi: Pastikan ibu dapat mengulangi poin-poin penting, terutama mengenai tanda bahaya.


Kasus 2: Intervensi Akut pada Kondisi Patologis

Kasus kedua beralih pada skenario yang membutuhkan intervensi medis dan keperawatan segera. Ini menyoroti kondisi patologis umum di trimester pertama.

Soal Kasus 2:

"Ibu H. berusia 20th datang ke pkm dengan kehamilan 4 Minggu. KU: kondisi pucat dan dehidrasi. Muntah dari pagi hari lebih 5x.

  • Apakah DX ibu tsb?

  • Buatkan Askep ibu tsb."

Analisis dan Rencana Asuhan Keperawatan:

1. Analisis Diagnosis (Dx)

  • Diagnosis Medis: Hyperemesis Gravidarum (HEG) Tingkat I.

  • Analisis Data:

    • Meskipun emesis gravidarum (mual) lazim terjadi pada kehamilan 4 minggu, frekuensi muntah berlebih (> 5x/hari) disertai tanda klinis pucat dan dehidrasi menunjukkan ini adalah kondisi patologis.

    • Kondisi ini bukan lagi morning sickness fisiologis, melainkan telah berlanjut menjadi hyperemesis yang ditandai dengan gangguan keseimbangan cairan.

2. Asuhan Keperawatan (Askep)

  • Diagnosis Keperawatan (Dx. Kep) Prioritas:

    Defisit Volume Cairan (SDKI: D.0023) berhubungan dengan (b.d) kehilangan cairan aktif (muntah berlebih) dibuktikan dengan (d.d) pasien tampak pucat dan dehidrasi.

    • Rasional: Dehidrasi adalah komplikasi akut yang paling mengancam. Penatalaksanaan defisit cairan adalah prioritas utama untuk mencegah perburukan.

  • Perencanaan / Intervensi (Fokus: SIKI I.03119 - Manajemen Cairan):

    Fokus intervensi adalah rehidrasi agresif dan menghentikan mual.

    1. Observasi (Prioritas): Pantau TTV secara ketat (waspada tanda syok: takikardi, hipotensi), kaji status hidrasi (turgor kulit, mukosa bibir), dan monitor intake-output.

    2. Terapeutik: Segera istirahatkan pasien (bed rest) dan ciptakan lingkungan yang tenang serta bebas dari rangsang mual.

    3. Kolaborasi (Intervensi Kunci):

      • Segera kolaborasi pemasangan infus untuk rehidrasi cairan IV (misal: Ringer Laktat atau NaCl 0.9%).

      • Kolaborasi pemberian terapi antiemetik (anti-muntah) melalui rute IV.

      • Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (elektrolit, ketonuria).

    4. Edukasi (Setelah Akut Teratasi): Anjurkan metode makan porsi kecil tapi sering (small frequent feeding).


Kesimpulan

Kedua kasus ini menunjukkan spektrum peran perawat maternitas. Pada Kasus 1 (fisiologis), perawat berperan sebagai edukator yang memberdayakan ibu dengan pengetahuan. Pada Kasus 2 (patologis), perawat harus bertindak cepat sebagai pemberi asuhan akut dan kolaborator, dengan prioritas utama adalah menstabilkan hemodinamik (cairan) pasien. Pengkajian yang tajam adalah kunci untuk membedakan kedua kondisi ini.

0 Comments